Secara
umum dikatakan bahwa pengukuran adalah membandingkan sesuatu dengan
besaran standar. Agar dapat digunakan, maka besaran standar tersebut
harus dapat didefinisikan secara fisik, tidak berubah karena waktu, dan
harus dapat digunakan sebagai alat pembanding di mana saja, besaran
standar tentunya memerlukan satuan-satuan dasar. Sistem metrik digunakan
oleh hampir seluruh negara-negara industri dimana satuan dasarnya
banyak mengikuti international system of units atau SI Units yang di
dalamya dikenalkan bermacam-macam satuan dasar. Untuk dapat melakukan
pengukuran dengan bantuan satuan dasar tersebut diperlukan alat ukur.
Mengukur adalah membandingkan sesuatu yang diukur dengan sesuatu yang lain sejenis yang ditetapkan sebagai satuan. Dalam pengukuran, kita dapat menggunakan satu instrument (alat ukur) atau lebih untuk menentukan nilai dari suatu besaran fisis. Hal yang harus diperhatikan ketika melakukan pengukuran adalah memilih dan merangkai instrument secara benar dan dilanjutkan dengan pembacaan nilai secara tepat. Pengukuran adalah penentuan besaran, dimensi, atau kapasitas, Pengukuran tidak hanya terbatas pada kuantitas fisik, tetapi juga dapat diperluas untuk mengukur hampir semua benda yang bisa dibayangkan. Alat ukur adalah perangkat untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau variabel fisis. Pada umumnya alat ukur dasar terbagi menjadi dua, yaitu alat ukur analog dan digital. Ada dua sistem pengukuran yaitu sistem analog dan sistem digital. Alat ukur analog memberikan hasil ukuran yang bernilai kontinyu, misalnya penunjukkan temperatur yang ditunjukkan oleh skala, petunjuk jarum pada skala meter, atau penunjukan skala elektronik. Alat ukur digital memberikan hasil pengukuran yang bernilai diskrit. Hasil pengukuran tegangan atau arus dari meter digital merupakan sebuah nilai dengan jumlah digit terterntu yang ditunjukkan pada panel display-nya.
Konstruksi
Umum dan Alat Ukur
Kita telah mengenal apa yang disebut dengan mistar atau penggaris, mistar ini ada yang terbuat dari kayu, ada yang dari pastik, dan yang paling baik terbuat dari besi stainless. Pada salah satu penampang lebar dari mistar tersebut biasanya dicantumkan angka-angka yang menunjukkan skala dari mistar. Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar. Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar. Dengan demikian mistar yang digunakan untuk mengukur panjang tersebut dapat dinamakan sebagai alat ukur. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa mistar merupakan alat ukur yang paling sederhana bila ditinjau adanya satuan dasar.
Geometri benda ukur biasanya begitu komplek sehingga dalam pengukuran diperlukan kombinasi cara dan bentuk pengukuran yang bermacam-macam. Dengan demikian diperlukan juga bermacam-macam alat ukur yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik dari alat-alat ukur inilah yang menyebabkan adanya perbedaan antara alat ukur yang satu dengan alat ukur lainnya. Karakteristik ini biasanya menyangkut pada konstruksi dan cara kerjanya. Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai tiga komponen utama yaitu sensor, pengubah dan pencatat/penunjuk.
Kita telah mengenal apa yang disebut dengan mistar atau penggaris, mistar ini ada yang terbuat dari kayu, ada yang dari pastik, dan yang paling baik terbuat dari besi stainless. Pada salah satu penampang lebar dari mistar tersebut biasanya dicantumkan angka-angka yang menunjukkan skala dari mistar. Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar. Dengan mistar ini kita dapat menentukan ukuran panjang sesuatu yang besarnya dapat dibaca langsung dari penunjukan skala yang ada pada mistar. Dengan demikian mistar yang digunakan untuk mengukur panjang tersebut dapat dinamakan sebagai alat ukur. Tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa mistar merupakan alat ukur yang paling sederhana bila ditinjau adanya satuan dasar.
Geometri benda ukur biasanya begitu komplek sehingga dalam pengukuran diperlukan kombinasi cara dan bentuk pengukuran yang bermacam-macam. Dengan demikian diperlukan juga bermacam-macam alat ukur yang memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik dari alat-alat ukur inilah yang menyebabkan adanya perbedaan antara alat ukur yang satu dengan alat ukur lainnya. Karakteristik ini biasanya menyangkut pada konstruksi dan cara kerjanya. Secara garis besar, sebuah alat ukur mempunyai tiga komponen utama yaitu sensor, pengubah dan pencatat/penunjuk.
A. Sensor
atau Peraba
Sensor merupakan bagian dari alat ukur yang menghubungkan
alat ukur dengan benda atau objek ukur. Atau dengan kata lain sensor merupakan
peraba dari alat ukur. Sebagai peraba dari alat ukur, maka sensor ini akan
kontak langsung dengan benda ukur. Contoh dari sensor ini antara lain yaitu:
kedua ujung dari mikrometer, kedua lengan jangka sorong, ujung dari jam ukur,
jarum dari alat ukur kekasaran. Contoh-contoh sensor ini termasuk dalam
kategori sensor mekanis. Pada alat-alat ukur optik juga memiliki sensor yaitu
pada sistem lensanya. Ada juga sensor lain yaitu sensor pneumatis yang banyak
terdapat dalam alat-alat ukur yang prinsip kerjanya secara pneumatis.
B. Pengubah
Ada satu bagian dari alat ukur yang
sangat penting yang berfungsi sebagai penerus, pengubah atau pengolah semua
isyarat yang diterima oleh sensor, yaitu yang disebut dengan pengubah. Dengan
adanya pengubah inilah semua isyarat dari sensor diteruskan ke bagian lain
yaitu penunjuk/pencatat yang terlebih dahulu diubah datanya oleh bagian
pengubah. Dengan demikian pengubah ini mempunyai fungsi untuk memperjelas dan
memperbesar perbedaan yang kecil dari dimensi benda ukur. Pada bagian pengubah
inilah yang diterapkan bermacam-macam cara kerja, mulai dari cara kinematis,
optis, pneumatis, sampai pada cara gabungan.
- Pengubah Mekanis
Cara
kerja dari pengubah mekanis ini berdasarkan pada prinsip kinematis yang
melakukan perubahan gerakan lurus (translasi) menjadi gerakan berputar
(rotasi). Contohnya antara lain yaitu: sistem kerja roda gigi dan poros bergigi
dari jam ukur (dial indicator), sistem kerja ulir dari mikrometer.
- Eden-Rolt “Milionth” Comparator
Alat ini sangat cocok sekali untuk mengalibrasi blok ukur (gauge
block) karena bisa diperoleh perbesaran yang cukup tinggi. Hal ini terjadi
karena adanya kombinasi gerakan mekanis yang didukung dengan sistem pengubah
optis.
- Alat ukur pembanding Johanson mikrokator
Alat ini ditemukan oleh seorang insinyur bangsa Swedia yang kemudian
dibuat oleh pabrik C.E. Johanson Ltd. Oleh karena itu disebut dengan nama
Johanson Mikrokator. Pada bagian pengubah ini terdapat plat tipis dan jarum
penunjuk yang diletakkan ditengah-tengahnya. Dari tengah-tengah ini plat tipis
tersebut dipuntir dengan arah yang berlawanan sehingga berbentuk spiral kiri
dan spiral kanan. Salah satu ujung plat tipis dipasang tetap pada batang
pengatur, dan ujung yang lain pada lengan penyiku dimana lengan penyiku ini
dihubungkan dengan batang pengukur. Dengan naik turunnya batang pengukur ini
maka lengan penyiku akan bergerak ke kiri atau ke kanan. Dengan bergeraknya
lengan penyiku ini maka pelat tipis yang berbentuk spiral tadi juga akan
menjadi bertambah kuat atau bertambah lemah pilinannya. Bertambah kuat atau lemahnya
pilinan ini akan menyebabkan jarum penunjuk bergerak. Perubahan gerak ini dapat
dibaca pada skala, yang berarti juga perubahan dimensi dari objek ukur.
Perbesaran alat ini mencapai 5000 kali.
- Alat ukur pembanding Sigma Comparator
Alat ukur ini dibuat oleh Sigma Instrument Company. Bagian
pengubah alat ini menggunakan sistem engsel yang bebas gesekan. Sistem engsel
ini ditunjukkan oleh dua buah blok, blok tetap F dan blok bergerak M, yang
kedua-duanya dihubungkan oleh tiga plat tipis secara menyilang. Apabila batang
pengukur yang ada sensor pada ujungnya menyentuh objek ukur maka batang ukur
akan bergerak dan akan menggerakkan bagian penekan. Bergeraknya bagian penekan
ini akan menggerakkan blok M yang dihubungkan oleh lengan Y ke bagian silinder
penunjuk r yang pada bagian penunjuk ini ada perantara pita tipis dari fosfor
perunggu. Pada silinder penunjuk juga ada jarum penunjuk R yang menunjukkan
skala pengukuran. Karena lengan Y bergerak akibat perubahan blok M maka
silinder penunjuk juga bergerak yang akibatnya jarum R juga bergerak. Jika
panjang jarum penunjuk R adalah H dan diameter dari silinder penunjuk adalah ha
maka perbesaran pada tahap ini adalah H/h. Seandainya panjang lengan Y adalah L
dan bergeraknya blok M adalah x maka perbesaran totalnya adalah L/X x H/1/2h.
Perlu ditambahkan di sini bahwa penekan yang ujungnya
runcing dapat diatur jaraknya terhadap sumbu engsel dari blok M dan blok F
dengan mengubah-ubah ikatan baut pengatur yang terikat pada poros pengukur.
Pemasangan poros pengukur pada rumah ukur hanya menggunakan diafragma saja,
sehingga kerugian gesekan dapat diatasi.
- Pengubah Mekanis Optis
Dalam
alat ukur pembanding ini digunakan sistem pengubah gabungan yaitu pengubah
mekanis dan pengubah optis. Pengubah mekanis berfungsi untuk menghasilkan
perubahan jarak karena persentuhan sensor dengan objek ukur. Perubahan ini akan
diperjelas melalui perbesaran optis. Pengubah optis di sini bekerja menurut
prinsip optik, yaitu dengan menggunakan beberapa cermin atau lensa. Perubahan
batang pengukur akan mengubah posisi kemiringan dari cermin. Kemiringan posisi
pemantul cahaya ini mengakibatkan perubahan bayangan yang terjadi yang
diproyeksikan ke layar kaca yang berskala.
- Pengubah Elektris
Kini
sudah banyak alat-alat ukur yang cara kerjanya menggunakan sistem elektronik,
di samping alat-alat ukur yang dioperasikan secara manual. Prinsip kelistrikan
yang digunakan dalam pengubah elektris ini mempunyai fungsi untuk mengubah
semua isyarat yang diterima oleh alat ukur (besaran yang tidak bersifat
elektris) menjadi suatu besaran yang bersifat elektris. Dengan adanya prinsip
kelistrikan maka besaran yang bersifat kelistrikan tersebut diolah dan diubah
menjadi lebih jelas sehingga perubahan ini dapat dibaca pada skala alat ukur.
Salah satu contoh dari pengubah elektris ini adalah pengubah yang bekerjanya
dengan prinsip kapasitor.Timbulnya kapasitor karena adanya dua buah pelat metal
yang berpenampang sama diletakkan berdekatan dengan jarak l. Besarnya kapasitas
tergantung pada jarak l. Makin jauh jarak pelat maka kapasitasnya akan menjadi
turun, sebaliknya makin dekat jarak pelat kapasitasnya makin naik. Bila
silinder sensor menyentuh objek ukur tentu terjadi perubahan jarak antara pelat
metal karena diubah oleh silinder tadi. Prinsip perubahan inilah yang digunakan
oleh alat-alat ukur yang mempunyai pengubah mengikuti sistem elektris.
- Pengubah Optis
Dalam
ilmu fisika dipelajari masalah optis dengan hukum-hukumnya. Prinsip-prinsip
dalam optis inilah yang digunakan oleh alat-alat ukur yang mempunyai pengubah
optis. Sebetulnya sistem optis di sini hanya berfungsi untuk membelokkan berkas
cahaya dari objek ukur sehingga terjadi bayangan maya atau nyata yang ukurannya
bisa menjadi lebih besar dari pada objek ukurnya. Dalam sistem optis kebanyakan
menggunakan bermacam-macam lensa seperti cermin datar, lensa cekung dan
cembung, lensa prisma, dan sebagainya. Contoh dari alat-alat ukur yang
menggunakan pengubah sistem optis ini adalah: kaca pembesar, mikroskop,
proyektor, teleskop, autokolimator, dan teleskop posisi.
- Kaca Pembesar
Dengan
alat ini seseorang dapat melihat langsung suatu objek yang diletakkan tepat
pada fokusnya di mana yang dilihat mempunyai ukuran yang lebih besar dari pada
objek sesungguhnya.
- Mikroskop
Penggabungan
dua buah lensa pembesar menjadi satu sistem optis biasa disebut dengan
mikroskop. Dengan demikian terdapat dua lensa yang berbeda, namanya, ada yang
disebut dengan okuler (dekat dengan mata) dan ada yang disebut dengan objektif
(dekat objek ukur).
- Proyektor
Seperti
halnya pada mikroskop, pada proyektor pun terdapat kombinasi sistem lensa yaitu
lensa kondensor dan proyeksi. Tidak semua objek ukur mempunyai sifat tembus
cahaya. Dengan bantuan sinar yang lewat melalui kondensor maka berkas cahayanya
akan menyinari benda ukur yang diletakkan di antara kondensor dan proyeksi.
Benda ukur yang tidak tembus cahaya ini akan menimbulkan bayangan yang
gelap tapi latar belakangnya terang. Pemeriksaan bayangan dari benda ukur
dilakukan di balik layar yang terbuat dari kaca buram.
- Teleskop
Salah
satu alat ukur optis yang dapat digunakan untuk melihat objek ukur yang relatif
jauh letaknya yaitu yang biasa disebut dengan teleskop. Pada alat ini juga
digunakan dua lensa yaitu okuler dan objektif. Bayangan atau berkas cahaya yang
jauh difokuskan oleh objektif tepat pada fokusnya okuler. Dengan adanya lensa
okuler maka bayangan sebagai hasil pembiasan objektif akan dibiaskan menjadi
bayangan atau berkas yang sejajar. Hal ini menyebabkan bayangan dari objek ukur
menjadi lebih jelas dilihat oleh mata.
- Autokolimator
Autokolimator merupakan alat ukur optis yang menggunakan
prinsip dasar dari teleskop. Kondensor di sini membuat berkas cahaya menjadi
searah menuju ke suatu target yang berbentuk garis. Sebuah cermin semi
reflektor yang kemiringannya 45 terhadap sumbu optis akan membuat target
terletak pada sumbu optis dan tepat pada fokus objektif. Objektif di sini
sering juga disebut dengan kolimator. Lensa objektif ini menyebabkan berkas
yang keluar menjadi sejajar. Berkas yang sejajar ini dipantulkan kembali oleh
cermin yang terletak pada jarak tertentu di depan autokolimator. Bila posisi
cermin dimiringkan sedikit maka berkas cahaya diterima kembali oleh
objektif, lalu difokuskan pada bidang fokus namun letaknya tidak tepat pada
sumbu optis.Pada bagian okuler dilengkapi pula dengan mikrometer yang gunanya
untuk mengetahui besarnya perubahan posisi. Dengan alat autokolimator ini bisa
diperoleh hasil pengukuran dengan kemiringan maksimum 10 menit. Sedangkan
kecermatan dari skala alat ukur optis ini adalah 0,1 detik. Perubahan posisi
cermin terjadi karena ada perubahan posisi dari benda ukur.
- Pengubah Pneumatis
Kondisi aliran udara yang tertentu akan berubah bila area di
mana udara itu lalu juga berubah (menjadi lebih sempit atau lebih luas).
Prinsip inilah yang digunakan dalam alat ukur yang memakai pengubah sistem
pneumatis. Jadi, pada sistem pneumatis kondisi aliran udara akan berubah bila
celah antara objek ukur dengan sensor alat ukur di mana udara lalu juga
mengalami perubahan. Untuk mengetahui perubahan ini digunakan cara yaitu
pengukur perubahan tekanan dan kecepatan aliran udara. Dalam pengubah sistem
pneumatis paling tidak terdapat tiga komponen yaitu:
1.
sumber udara tekan
2.
sensor sekaligus sebagai pengubah
3.
pengukur perubahan aliran udara
Ada dua macam sistem pengubah pneumatis yang biasa digunakan
yaitu:
4.
sistem tekanan balik (back
pressure system)
5.
sistem kecepatan aliran (flow
velocity system)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar